Website Dakwah untuk Kemuliaan Islam dan Kaum Muslim

Materi Khotbah Idul Fitri: Mempertahankan Jiwa Tauhid

الحمد لله الذي أرسل رسوله بالهدى ودين الحق ليظهره على الدين كله
 أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
 يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
أَمَّابَعْدُ؛

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar
Laa Ilaaha Ilallah Wallahu Akbar, Allahu Akbar Walillahil Hamdu

Hadirin Rohimakumulloh... Hari ini kita merayakan Hari Raya Idul Fitri, hari raya yang menandakan berakhirnya bulan Ramadhan yang penuh berkah, rahmat, dan magfiroh Allah SWT.

Sebulan lamanya kita menunaikan ibadah puasa, shalat tarawih, tilawah, dzikir, doa, mengeluarkan zakat, infak, sedekah, dan ibadah lainnya. 

Kita sangat berharap, hari ini kita bisa menjadi orang yang bertaqwa, orang yang dijanjikan oleh Allah mendapat kemenangan. Menang atas godaan hawa nafsu dan setan, juga menang dalam perjuangan menegakkan kebenaran Islam dan hak kaum Muslim.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Pada setiap momentum Idul Fitri, setelah kita berpuasa selama sebulan penuh dalam bulan Ramadhan, dikatakan bahwa kita kembali kepada fitrah.

Ada dua pengertian tentang Idul Fitri atau Kembali kepada Fitrah ini.

Pertama, Idul Fitri artinya “hari raya berbuka puasa”, yakni kita kembali berbuka, tidak puasa lagi, setelah selama sebulan kita berpuasa. 

Secara bahasa, “id” artinya kembali, dan “fithru” atau “ifthar” artinya berbuka, yakni berbuka puasa jika terkait dengan puasa.

Kedua, Idul Fitri artinya kembali bersih dan suci dari noda dan dosa, laksana bayi yang baru lahir, sebagaimana diisyaratkan hadits:


مَنْ صَامَ رَمَضَانَ، إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barang siapa berpuasa dengan iman dan ihtisab (mengharap pahala hanya dari Allah), akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari).
Jika diri kita bersih dari dosa, maka artinya kita pun kembali ke asal mula seperti masa bayi yang baru lahir.

Nabi Muhammad Saw menegaskan, setiap manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci, beriman, bertauhid), kedua orangtuanyalah –atau lingkungannnya– yang dapat menjadikannnya seorang Yahudi, Nasrani, atau Majusi (H.R. Bukhari, Muslim, Abu Daud, Tirmidzi).

كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ، أَوْ يُنَصِّرَانِهِ، أَوْ يُمَجِّسَانِهِ

Agar puasa kita diterima Allah, sekaligus menghapus dosa-dosa kita itu, maka kita pun sebagaimana para sahabat Nabi Saw, saling mendoakan satu sama lain dalam suasana lebaran ini, dengan doa “Taqobbalallohu minna waminkum”, yang artinya semoga Allah menerima amal ibadah kita.

Bahkan, kita juga terbiasa menambah ungkapan lain dalam suasana lebaran ini, seperti Mohon Maaf Lahir Batin dan Minal 'Aizin Wal Faizin, yang lengkapnya adalah doa Allohummaj'alnaa minal 'aaizin wal faizin. Ya Allah, jadikanlah kami termasuk golongan yang kembali dan mendapatkan kemenangan.

Allahu Akbar 3X
Lailaha illallahu wallahu Akbar, Allahu Akbar wa Lillahilhamd.


Hadirin Rahimakumulloh.... Kembali kepada fitrah bisa kita maknai sebagai “kembali kepada jiwa tauhid”, karena fitrah manusia memang dasarnya hanya menuhankan Allah SWT.

Sebelum diciptakan dalam wujud sempurna manusia yang terdiri dari ruhani dan jasmani, seluruh ruh manusia dikumpulkan di suatu tempat oleh Allah SWT –dikenal dengan “Alam Arwah”. Pada saat itu Allah SWT bertanya, sekaligus “membaiat” mereka untuk menuhankan-Nya, alias mengakui Allah SWT sebagai Tuhan mereka. Mereka pun –termasuk kita tentunya– pada saat itu bersedia “dibaiat” sebagai bentuk “perjanjian” dengan-Nya bahwa Allah SWT adalah Tuhan kita, satu-satunya Tuhan yang berhak disembah dan menjadi tujuan hidup kita.

“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman: ‘Bukankah Aku ini Tuhanmu?’. Mereka menjawab: ‘Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi’. (Kami lakukan yang demikian itu) agar pada hari kiamat kamu tidak mengatakan: ‘Sesungguhnya kami (badi Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)” (Q.S. 7:172).

Allahu Akbar 3x
Lailaha illallahu wallahu Akbar, Allahu Akbar wa Lillahilhamd.


Kehidupan dunia ini merupakan cobaan. Cobaan dimaksud utamanya menguji jiwa tauhid manusia tadi. Apakah ia kukuh memegang prinsip tauhidnya atau tidak. Makanya, di dunia ini jiwa manusia dilengkapi dengan jasmani. Jasmani itulah yang dapat memalingkan manusia terhadap ketauhidannya.

Jasmani merasakan adanya berbagai kebutuhan untuk dipenuhi agar bertahan hidup. Ketika memenuhi kebutuhan itulah, manusia banyak yang melalaikan ketauhidannya. Belum lagi jika muncul ambisi dalam dirinya untuk kaya dan bertahta. 

Untuk mencapai kaya dan tahta itu, banyak jalan yang dapat ditempuh. Ragam jalan ini pun termasuk cobaan dari Allah SWT. Jika ia konsisten dengan jalan halal, sebagaimana diinformasikan lewat ajaran Islam, berarti ia kukuh dengan jiwa tauhidnya.

Tauhid menuntun manusia untuk tetap menempatkan Allah SWT sebagai satu-satunya Tuhan. Kepada-Nyalah ia mengabdi. Segala hukum-Nya ditaati. Larangan-Nya dijauhi dan perintah-Nya dijalankan. 

Jiwa tauhid akan melahirkan amal perbuatan yang tertuju semata-mata karena Allah SWT, yakni ikhlas hanya mencari keridhaan-Nya semata. Dengan demikian, hukum Allah senantiasa menjadi acuan dalam perilakunya. 

Bagi kita sebagai Muslim, hal ini tercermin dalam bacaan doa iftitah shalat: inna shalati wa nusuki wa mahyaya wa mamati lillahi rabbil ‘alamin. “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah demi Allah Pencipta alam semesta”

Hadirin Rohimakumullah... 
Kita berharap, semoga bulan Ramadhan telah memberi kita pelatihan, agar kita mampu menjaga jiwa tauhid kita. Juga agar kita siap, bukan saja mengimani Islam, tapi juga mendalami, memahami, mengamalkan, mendakwahkan, dan membela Islam semampu kita.

Mari pertahankan semangat Ramadhan hingga bertemu dengan Ramadhan berikutnya. Semangat Ramadhan yang dimaksud adalah semangat mendalami dan mengamalkan Islam, juga semangat mendekatkan diri kepada Allah, semangat menjalin hubungan baik dengan sesama, dan amal saleh lainnya.

Allahu Akbar 3X
Lailaha ilallahu wallahu akbar Allahu Akbar Walillahilhamdu


Hadirin Rohimakumullah... Marilah kita tutup khutbah singkat ini dengan doa dan harapan, semoga Allah menerima semua ibadah kita dan mengampuni dosa kita, serta memberi kita keselamatan dan kesejahteraan di dunia dan di akhirat.

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ
 اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ.
رَبَّنَا لاَ تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ ٱلْوَهَّابُ
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وصلى الله على نبينا محمد وعلى اله وصحبه أجمعين

سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ 
وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ
وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ 

Post a Comment

Post a Comment (0)

Previous Post Next Post