Website Dakwah untuk Kemuliaan Islam dan Kaum Muslim

Film Kau adalah Aku Yang Lain yang Melecehkan Islam Dinilai Polri Terbaik

Film Kau adalah Aku Yang Lain yang Melecehkan Islam Dinilai Polri Terbaik
Film "Kau adalah Aku Yang Lain" yang Melecehkan Islam Dinilai Polri Terbaik.

Police Movie Festival (PMF) ke-4 memilih "Kau adalah Aku yang lain" sebagai pemenang kategori film pendek tahun 2017. Polri mengaku bahwa penjurian dalam ajang yang bertema "Unity in Diversity" sudah profesional.

Film pendek "Kau adalah Aku yang lain" yang disutradarai oleh Anto Galon menuai kontroversi. Film berdurasi 6.54 menit tersebut dianggap telah mendiskreditkan umat Islam.

Menurut Karopenmas Divisi Humas Polri Brigjen Rikwanto dalam ajang Police Movie Festival ini semua film dibuat oleh masyarakat. Ajang Police Movie Festival ke-4 ini, sebanyak 241 film pendek yang masuk dan mengikuti seleksi.

Namun juri memilih hanya 10 dari 241 yang masuk dalam nominasi 10 film pendek terbaik, salah satunya "Kau adalah Aku yang lain". 10 film terpilih ini terangnya telah melewati proses penjurian yang profesional.

"Semua film tersebut yang membuat adalah masyarakat yang menjadi peserta PMF dengan penjurian yang Profesional dari proses penyaringan sebanyak 241 film pendek yang masuk ke panitia," ujarnya, Rabu (28/6/2017).

Rikwanto melanjutkan 10 film pendek dan 10 film animasi yang terpilih sebagai pemenang merupakan karya terbaik di tahun 2017.

"Dengan mengambil tema Unity in diversity diharapkan dapat menjadi inspirasi persatuan bangsa kita," ujarnya.

Dalam film-film tersebut tambahnya masing-masing memiliki makna persatuan. Yakni bahwa persatuan dapat diraih karena adanya keragaman, kekeluargaan, kerja sama, dan gotong royong tanpa memandang suku dan agama.

"Persatuan diraih karena keragaman, kekeluargaan, kerjasama dan gotongroyong tanpa memandang suku, ras dan agama," tegasnya. (ROL).


ISI FILM: Dalam video itu, diceritakan seorang pria muslim berbaju koko, berpeci, dan berjanggut, bersikeras untuk tidak memberi jalan bagi ambulans.
Jalan tersebut ditutup karena sedang berlangsung acara pengajian. Pria muslim itu tidak membuka jalan terlebih pasien yang ada di dalam ambulans memakai salib sebagai lambang beragama kristen.*

Polri Pilih Hapus Film Kau Adalah Aku yang Lain di Twitter

Kadiv Humas Polri Irjen Setyo Wasisto membenarkan bahwa Film pilihan Police movie festival berjudul "Kau adalah Aku yang lain" telah dihapus dari akun Twitter Divisi Humas Polri. Menurutnya penghapusan tersebut lantaran film yang mendapatkan juara pertama tersebut menimbulkan pro kontra.

"Sementara kita hapus dulu karena menimbulkan pro dan kontra," ujar Setyo saat dihubungi Republika.co.id di Jakarta, Rabu (28/6).

Menurut Setyo, akan ada penjelasan dan klarifikasi dari juri maupun pembuat film. Sehingga kontroversi terhadap film tersebut dapat segera terurai.
"(Dihentikan) sampai nanti menunggu juri maupun pembuat film akan memberikan klarifikasi," ujarnya.

Terkait penjurian, kata dia, ajang bertema "Unity in Diversity"dilakukan oleh para juri profesional. Mereka terdiri dari sutradara film, bintang film, budayawan, serta anggota polri. Mereka menyeleksi 241 pendaftar hingga terpilih 10 film pendek dan 10 animasi yang masuk dalam nominasi.

"Jadi jurinya ada beberapa orang, ada sutradara film, bintang film, budayawan, ada Polri juga, nah dari hasil itu ditetapkan yang juara adalah itu kau adalah aku yang lain," ujarnya.

Setyo mengaku tidak paham mengenai mengapa film pendek karya Anto Galon yang terpilih sebagai karya terbaik dari 241 film pendek dan animasi. Menurutnya hal tersebut nanti akan dijelaskan langsung oleh juri Police Movie Festival ke-4. (ROL).

Film Kau adalah Aku yang LainPandangan Polri Soal Muslim

Wakil Ketua Komisi VIII Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Sodik Mujahid mengaku heran dengan keputusan Kepolisian yang memenangkan film dengan judul Kau adalah Aku yang Lain dalam Police Movie Festival 2017. 

Dia pun berpendapat film itu menunjukkan pandangan kepolisian terhadap umat Islam.

Sodik menjelaskan pemilihan pemenang Police Movie Festival 2017 menguatakan opini masyarakat bahwa kepolisian menjadi alat rezim yang anti-Islam. Karena itu, dia tidak heran kalau film tersebut mendapat banyak kecaman dari Umat Islam.

"Saya benar tidak habis pikir mengapa Bhayangkara negara melakukan tindakan seperti itu? Polisi seperti memancing umat Islam untuk melakukan protes," kata Politikus Partai Gerindra itu, Rabu (28/6/2017).

Sodik mengatakan jika Polri memang aparat negara yang bekerja sesuai undang-undang dan pofesional maka mereka tidak akan memilih film yang bermuatan SARA. Dia pun menyatakan Muslim di Indonesia tampaknya harus melihat Polri sekarang berbeda dengan Polri yang melaksanakan perintah undang-undang.

Sodik menambahkan sikap dan tindakan yang tercermin di dalam film karya Anto Galon bukanlah cerminan umat Islam, yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusian. Film itu justru memberikan pesan bahwa umat Islam arogan.

"Bahkan kesan buruk, tidak beradab yang bertolak belakang dengan ajarannya. Saya bertanya apakah pernah ada kejadian seperti itu (film) dalam realitanya?" tanya Sodik.

Sodik mengakui, memang ada kelompok Islam fundamentalis. Namun, dia tidak yakin Muslim menghalangi ambulans yang membawa orang sakit karena ada pengajian pernah terjadi di Indonesia.

Sebab, dia menerangkan, kelompok Islam fundamentalis juga mengetahui aturan tentang menghargai orang sakit atau kematian sekalipun berbeda agama. "Masyarakat khawatir film tersebut akan memberikan kesan kepada dunia luar bahwa umat Islam seperti yang diceritakan di dalam film itu," kata Sodik.

Sebuah film pendek menjadi juara dalam Police Movie Festival IV 2017. Film ini diunggah oleh akun Facebook dan Twitter Divisi Humas Polri pada hari Kamis, (23/6/2017).
Film ini menjadi kontroversi di media sosial. Sebagian warganet mengapresiasi film itu namun banyak juga yang menilai isi film ini mendiskreditkan dan menyudutkan Islam. (ROL)

Sutradara Film Kau adalah Aku yang Lain Minta Maaf


Sutradara Film Kau adalah Aku yang Lain Minta Maaf
Sutradara Film Kau adalah Aku yang Lain, Anto Galon, meminta maaf apabila pesan yang ingin disampaikan dalam filmnya tidak sampai sepenuhnya.

Akibatnya, film yang sebenarnya ingin menyampaikan pesan Islam sebagai agama yang mengedepankan toleransi justru menjadi kontroversi.

"Film itu adalah sebuah renungan bahwa sebagai seorang Muslim agar tidak menjadi oknum seperti yang si mbah dalam film," kata dia melalui keterangan resmi yang dirilis Kepolisian Republik Indonesia, Rabu (28/6).

Sebagian orang menganggap film Kau adalah Aku yang Lain menyudutkan Islam melalui sebuah adegan. Yaitu, adanya karakter dalam film tersebut yang mencegah sebuah ambulans melintas karena sedang ada pengajian. Padahal, ambulans tersebut sedang membawa orang sakit.

Anto mengatakan film tersebut memang tidak bisa ditonton secara parsial, apalagi pada bagian si mbah melarang ambulans lewat. Dia menerangkan tokoh si mbah merupakan gambaran watak sebagian manusia, bukan hanya Muslim, yang memiliki pemikiran kolot. "Tonton film tersebut secara utuh dan resapi," kata dia.

Film itu juga menyuguhkan karakter Muslim lain yang mengingatkan apabila tindakan yang dilakukan oleh tokoh si mbah keliru. "Di film itu juga pada akhirnya ambulans diberikan jalan dan tidak ada satupun masa pengajian yang menolak ambulans tersebut lewat bahkan si Mbah akhirnya sadar dan ikut membantu ambulans tersebut lewat," kata dia.

Karopenmas Divisi Humas Polri Brigjen Rikwanto menambahkan sutradara juga ingin menyampaikan melalui film tersebut tentang toleransi antarumat beragama. "Dia ingin menggambarkan (dalam film) bahwa Islam itu toleran. Dia juga berharap penonton jangan terfokus pada tokoh si mbah, dan jangan hanya nonton sebagian," kata Rikwanto.

Film Kau adalah Aku yang Lain menjadi pemenang dalam festival film pendek yang digagas Mabes Polri atau Police Movie Festival IV 2017.

Film ini diunggah ke Youtube kemudian link-nya dibagikan melalui akun Facebook dan Twitter Divisi Humas Polri pada hari Kamis, (23/6/2917).

Selanjutnya, film ini menjadi kontroversi di media sosial. Sebagian warganet mengapresiasi film itu, tapi banyak juga yang menilai isi film ini mendiskreditkan dan menyudutkan Islam. Youtube pun memutuskan menghapus video film tersebut dari lamannya. (ROL)

Post a Comment

Post a Comment (0)

Previous Post Next Post