Ustadz Abdul Somad (UAS) Dicekal Otoritas Hong Kong dan dipaksa pulang balik ke Indonesia.
Media memberitakan UAS dideportasi karena masalah visa turis, bukan visa kerja.
Bukan! Bukan karena masalah visa, tapi UAS difitnah oleh sejumlah TKW yang melaporkan UAS kepada pihak keamanan Hong Kong sebagai ulama radikan pro-ISIS. Para TKW yang belum tercerahkan itu takut UAS mengusik kalangan TKW di Hong Kong yang lesbi, glamour, sekuler, dan pro-rezim Indonesia.
Dari Indonesia, menurut salah satu tokoh NU, Mahfud MD, bisa saja ada orang usil di Indonesia yang memberitahu pihak imigrasi Hongkong kalau Ustad Abdul Somad itu berbahaya.
"Walaupun demi keamanan, tapi ya saya sayangkan terlalu ceroboh seperti itu," ucapnya.
Media memberitakan UAS dideportasi karena masalah visa turis, bukan visa kerja.
Bukan! Bukan karena masalah visa, tapi UAS difitnah oleh sejumlah TKW yang melaporkan UAS kepada pihak keamanan Hong Kong sebagai ulama radikan pro-ISIS. Para TKW yang belum tercerahkan itu takut UAS mengusik kalangan TKW di Hong Kong yang lesbi, glamour, sekuler, dan pro-rezim Indonesia.
Para ustadz dan trainer yang datang ke Hong Kong selama ini semuanya pakai visa turis, bukan visa kerja. Itu fakta. Akun-akun media sosial milik TKW Hong Kong yang cerdas menceritakan semua faktanya.
Dari Indonesia, menurut salah satu tokoh NU, Mahfud MD, bisa saja ada orang usil di Indonesia yang memberitahu pihak imigrasi Hongkong kalau Ustad Abdul Somad itu berbahaya.
"Walaupun demi keamanan, tapi ya saya sayangkan terlalu ceroboh seperti itu," ucapnya.
Mahfud MD benar. Sebuah akun TKW Hong Kong dengan bangga menyatakan dirinya dan teman-temannya memberi masukan kepada aparat keamanan Hong Kong tentang ulama-ulama yang mereka sebut "radikal", termasuk UAS dan Felix Siauw.
Meski "hanya" laporan TKW, namun otoritas Hong Kong tentu ekstra waspada tentang radikalisme. Menurut informasi, jumlah TKW di Hong Kong sekitar 200-ribuan. Mayoritas dari Jawa Timur dan Jawa Tengah dan mayoritas pengikut NU --makanya PBNU dituding jadi dalang pencekalan UAS.
Sebelumnya, melalui akun media sosial, Facebook, Ustaz Abdul Somad, menceritakan pengalaman tidak menyenangkan itu.
Dia bersama dengan rombongan baru tiba di salah satu bandara di Hong Kong pada Sabtu (23/12/2017) sekitar pukul 15.00 WIB.
"Keluar dari pintu pesawat, beberapa orang tidak berseragam langsung menghadang kami dan menarik kami secara terpisah. Saya, Sdr Dayat dan Sdr Nawir," tulis Ustaz Abdul Somad di akun media sosial, Facebook.
Setelah mengadang rombongan, kata dia, para petugas meminta membuka dompet, lalu, mereka menanyakan apakah ada kartu nama Rabithah Alawiyah atau Ikatan Habaib.
"Di sana saya menduga mereka tertelan isu terorisme, karena ada logo bintang dan tulisan Arab," kata dia.
Menurut Ustaz Abdul Somad, para petugas sempat menanyakan identitas, pekerjaan, pendidikan, keterkaitan dengan ormas dan politik.
Dia menjelaskan, dirinya murni pendidik dan intelektual muslim.
Proses interogasi itu berlangsung selama 30 menit. Para petugas itu menegaskan tidak bisa menerima kedatangan Ustaz Abdul Somad beserta rombongan.
Namun, para petugas tidak memberikan penjelasan apa alasan penolakan masuk ke wilayah itu.
"Tanpa alasan. Mereka langsung mengantar saya ke pesawat yang sama untuk keberangkatan pukul 16.00 WIB ke Jakarta," ujarnya.
Ustad Abdul Somad, Lc., M.A. lahir di Silo Lama, Asahan, Sumatera Utara, 18 Mei 1977. Ia seorang pendakwah dan ulama Indonesia yang sering mengulas berbagai macam persoalan agama, khususnya kajian ilmu hadis dan Ilmu fikih.*
Sebelumnya, melalui akun media sosial, Facebook, Ustaz Abdul Somad, menceritakan pengalaman tidak menyenangkan itu.
Dia bersama dengan rombongan baru tiba di salah satu bandara di Hong Kong pada Sabtu (23/12/2017) sekitar pukul 15.00 WIB.
"Keluar dari pintu pesawat, beberapa orang tidak berseragam langsung menghadang kami dan menarik kami secara terpisah. Saya, Sdr Dayat dan Sdr Nawir," tulis Ustaz Abdul Somad di akun media sosial, Facebook.
Setelah mengadang rombongan, kata dia, para petugas meminta membuka dompet, lalu, mereka menanyakan apakah ada kartu nama Rabithah Alawiyah atau Ikatan Habaib.
"Di sana saya menduga mereka tertelan isu terorisme, karena ada logo bintang dan tulisan Arab," kata dia.
Menurut Ustaz Abdul Somad, para petugas sempat menanyakan identitas, pekerjaan, pendidikan, keterkaitan dengan ormas dan politik.
Dia menjelaskan, dirinya murni pendidik dan intelektual muslim.
Proses interogasi itu berlangsung selama 30 menit. Para petugas itu menegaskan tidak bisa menerima kedatangan Ustaz Abdul Somad beserta rombongan.
Namun, para petugas tidak memberikan penjelasan apa alasan penolakan masuk ke wilayah itu.
"Tanpa alasan. Mereka langsung mengantar saya ke pesawat yang sama untuk keberangkatan pukul 16.00 WIB ke Jakarta," ujarnya.
Berbagai kecaman muncul dari masyarakat karena otoritas Hongkong melakukan deportasi terhadap Ustad Abdul Somad. Parahnya pemulanga paksa itu tidak disertai dengan alasan yang jelas.
Wakil Ketua Umum Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), Rachmawati Soekarnoputri termasuk tokoh yang ikut mengecam insiden itu.
Rachmawati juga mempertanyakan, kenapa sampai saat ini pemerintah Indonesia belum juga memberikan klarifikasi terkait insiden pendeportasian Ustad Abdul Somad.
Menurut putri proklamator itu, apabila pemerintah lewat Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) terus berdiam diri, maka efeknya akan berdampak buruk bagi Presiden Joko Widodo (Jokowi).
"Ini akan jadi pertanyaan bagi rakyat terutama umat muslim. Kenapa sikap pemerintah harus begitu (belum berikan konfirmasi). Ini justru akan merendahkan pemerintah sendiri," ujar Rachmawati dikutip Jawa Pos.
Oleh sebab itu, pendiri Yayasan Bung Karno ini berharap Kemenlu proaktif mencari akar permasalah kepada otoritas Hongkong melakukan pemulangan paksa pada Ustad Abdul Somad. "Ini harus segera diusut, karena ini preseden tidak baik," pungkasnya.
Post a Comment