Steven Hadisurya Sulistyo menghina Gubernur NTB dengan kata-kata rasis “Dasar Indo, Dasar Indonesia, Dasar Pribumi, Tiko”.
MERASA di atas angin, dibela rezim dan dilindungi polisi yang sudah dikendalikan cukong-cukong Cina, orang-orang Cina di negeri ini makin arogan.
Dilansir suaranw.com, warga Nusa Tenggara Barat (NTB) dibuat geram dengan kejadian tak mengenakkan yang dialami oleh ulama’ sekaligus Gubernur NTB Tuan Guru Bajang (TGH) Muhammad Zainul Majdi.
“Dengan ini saya menyampaikan terima kasih kepada Gubernur Nusa Tenggara Barat Bapak TGH MUHAMMAD ZAINUL MAJDI dan Istri Hj ERICA ZAINUL MAJDI untuk tidak menempuh proses hukum serta memberikan saya maaf atas kekhilafan saya menyebut kata-kata yang tidak pantas yaitu: “Dasar Indo, Dasar Indonesia, Dasar pribumi, Tiko!”, pada saat terjadi kesalah pahaman saat bersama-sama antri untuk check in di depan Counter Batik Air Bandar Udara Changi, Singapore pada hari Minggu 09 April 2017 sekira pukul 14:30 waktu Singapore,” tulis steven dalam Surat Pernyataan Permohonan Maaf bermaterai 6000. [Tarbiyah.net]*
MERASA di atas angin, dibela rezim dan dilindungi polisi yang sudah dikendalikan cukong-cukong Cina, orang-orang Cina di negeri ini makin arogan.
Terbaru, seorang Cina menghina Gubernur NTB yang juga Ulama dan Ketua Ormas Islam dengan sebutan Tiko. Tiko artinya Tikus Kotor, atau Anjing Tanah, juga Ti = Babi Ko = Anjing.
Gubernur yang hafal Al Qur’an itu dihina dengan kata-kata rasis “Dasar Indo, Dasar Indonesia, Dasar Pribumi, Tiko”.
Yang mengejutkan adalah arti kata “Tiko”. Ternyata itu singkatan dari “tikus kotor” bahkan bisa memiliki arti “ti= babi” dan “ko= anjing.”
Tuan Guru Bajang memutuskan untuk mengadukan penghinaan tersebut setelah mengetahui bahwa arti “Tiko” ternyata seperti itu.
“Rupanya mereka punya sebutan yang sangat merendahkan pribumi,” kata Tuan Guru Bajang seperti dikutip Wesal TV, Kamis (13/4/2017) malam.
Gubernur yang hafal Al Qur’an itu dihina dengan kata-kata rasis “Dasar Indo, Dasar Indonesia, Dasar Pribumi, Tiko”.
Yang mengejutkan adalah arti kata “Tiko”. Ternyata itu singkatan dari “tikus kotor” bahkan bisa memiliki arti “ti= babi” dan “ko= anjing.”
Tuan Guru Bajang memutuskan untuk mengadukan penghinaan tersebut setelah mengetahui bahwa arti “Tiko” ternyata seperti itu.
“Rupanya mereka punya sebutan yang sangat merendahkan pribumi,” kata Tuan Guru Bajang seperti dikutip Wesal TV, Kamis (13/4/2017) malam.
Dilansir suaranw.com, warga Nusa Tenggara Barat (NTB) dibuat geram dengan kejadian tak mengenakkan yang dialami oleh ulama’ sekaligus Gubernur NTB Tuan Guru Bajang (TGH) Muhammad Zainul Majdi.
Zainul Majdi mendapatkan umpatan kasar dari seorang pengusaha muda bernama Steven Hadisurya Sulistyo.
Peristiwa ini terjadi saat Gubernur NTB Muhammad Zainul Majdi ini melakukan atrian di Bandar Udara Changi, Singapura, 9 April 2017.
Steven Hadisurya Sulistyo yang merupakan salah satu orang terkaya di Indonesia itu mengeluarkan makian dan umpatan yang sangat kasar kepada Gubernur yang hafal al-Qur’an tersebut.
Steven Hadisurya Sulistyo yang merupakan salah satu orang terkaya di Indonesia itu mengeluarkan makian dan umpatan yang sangat kasar kepada Gubernur yang hafal al-Qur’an tersebut.
Diawali salah paham antrian di bandara, Steven Hadisurya Sulistyo terus memaki-maki Muhammad Zainul Majdi. Bahkan, setelah tahu yang dia maki adalah seorang gubernur, namun Steven terus melakukan penghinaan.
Berdasarkan keterangan yang diterima redaksi Kamis (13/4/2017) di Jakarta Steven Hadisurya Sulistyo mengeluarkan umpatan kotor terhadap Gubernur NTB dengan menyebut pribumi yaitu dengan sebutan “tiko”. Berikut ini hasil penuturan Gubernur NTB Muhammad Zainul Majdi:
Bagaimana cerita kejadian itu?
Tendensi rasis Pak.
Jika boleh tahu bagaimana kejadiannya?
Saya dan istri sedang antri, lalu ada rombongan kecil mengaku mengantri sebelumnya marah-marah. Kami mengalah lalu pindah lane, terus diumpat-umpat. Ada sekelompok orang yang makin sombong di Republik ini Pak. Mereka pikir uang bisa membeli segalanya.
Maksudnya apakah mereka sudah antri duluan?
Nggak Pak. Saya dan Istri datang duluan. Mereka nggak ada. Kami antri, saya keluar antrian ke salah satu petugas untuk tanya info penerbangan, istri tetap di jalur antrian. Mereka datang belakangan. Saya balik gabung istri mereka ngamuk. Mereka pikir itu bukan istri saya awalnya. Malu mungkin lalu mengumpat-umpat. Kami mengalah pindah antrian masih terus diumpat. Saya adukan ke polisi setiba di Jakarta. Saya memutuskan mengadu setelah mengetahui arti kata “tiko”. Rupanya mereka punya sebutan yang sangat merendahkan pribumi.
Apa itu tiko?
Tiko, Tikus Kotor? atau Anjing Tanah. Bahkan di polres bandara pun mereka masih mengintimidasi petugas.
Bagaimana bentuk intimidasinya?
Teriak-teriak di dalam kantor sampai kemudian diusir keluar oleh seorang petugas.
Apa mereka tidak tahu jika Anda seorang Gubernur?
Setelah tahu pun tak berkurang arogansinya. Saya mebayangkan bagaimana mengenaskannya saudara-saudara kita yang kebetulan bekerja pada mereka. Kata ‘tiko’ ternyata kasar sekali loh. ‘ti’ = ‘babi’, ‘ko’ = ‘anjing’. Jadi kalau kita manggil orang-orang dalam tanda kutip pribumi itu ‘tiko’, itu sangat menghina sekali.
Salah seorang teman TGB melalui WA mencoba mengklarifikasi kepada TGB terkait dengan kebenaran kejadian tersebut. TGB pun membenarkan adanya penghinaan yang dialaminya.
TAKUT DIPENJARA, SHS MINTA MAAF
Belakangan, karena ketakutan dipenjara, Steven Hadisurya Sulistyo akhirnya meminta maaf dengan surat pernyataan bermaterai.
Berdasarkan keterangan yang diterima redaksi Kamis (13/4/2017) di Jakarta Steven Hadisurya Sulistyo mengeluarkan umpatan kotor terhadap Gubernur NTB dengan menyebut pribumi yaitu dengan sebutan “tiko”. Berikut ini hasil penuturan Gubernur NTB Muhammad Zainul Majdi:
Bagaimana cerita kejadian itu?
Tendensi rasis Pak.
Jika boleh tahu bagaimana kejadiannya?
Saya dan istri sedang antri, lalu ada rombongan kecil mengaku mengantri sebelumnya marah-marah. Kami mengalah lalu pindah lane, terus diumpat-umpat. Ada sekelompok orang yang makin sombong di Republik ini Pak. Mereka pikir uang bisa membeli segalanya.
Maksudnya apakah mereka sudah antri duluan?
Nggak Pak. Saya dan Istri datang duluan. Mereka nggak ada. Kami antri, saya keluar antrian ke salah satu petugas untuk tanya info penerbangan, istri tetap di jalur antrian. Mereka datang belakangan. Saya balik gabung istri mereka ngamuk. Mereka pikir itu bukan istri saya awalnya. Malu mungkin lalu mengumpat-umpat. Kami mengalah pindah antrian masih terus diumpat. Saya adukan ke polisi setiba di Jakarta. Saya memutuskan mengadu setelah mengetahui arti kata “tiko”. Rupanya mereka punya sebutan yang sangat merendahkan pribumi.
Apa itu tiko?
Tiko, Tikus Kotor? atau Anjing Tanah. Bahkan di polres bandara pun mereka masih mengintimidasi petugas.
Bagaimana bentuk intimidasinya?
Teriak-teriak di dalam kantor sampai kemudian diusir keluar oleh seorang petugas.
Apa mereka tidak tahu jika Anda seorang Gubernur?
Setelah tahu pun tak berkurang arogansinya. Saya mebayangkan bagaimana mengenaskannya saudara-saudara kita yang kebetulan bekerja pada mereka. Kata ‘tiko’ ternyata kasar sekali loh. ‘ti’ = ‘babi’, ‘ko’ = ‘anjing’. Jadi kalau kita manggil orang-orang dalam tanda kutip pribumi itu ‘tiko’, itu sangat menghina sekali.
Salah seorang teman TGB melalui WA mencoba mengklarifikasi kepada TGB terkait dengan kebenaran kejadian tersebut. TGB pun membenarkan adanya penghinaan yang dialaminya.
TAKUT DIPENJARA, SHS MINTA MAAF
Belakangan, karena ketakutan dipenjara, Steven Hadisurya Sulistyo akhirnya meminta maaf dengan surat pernyataan bermaterai.
Setelah diadukan kepada pihak yang berwenang, Steven kemudian membuat surat permintaan maaf bermaterai.
“Dengan ini saya menyampaikan terima kasih kepada Gubernur Nusa Tenggara Barat Bapak TGH MUHAMMAD ZAINUL MAJDI dan Istri Hj ERICA ZAINUL MAJDI untuk tidak menempuh proses hukum serta memberikan saya maaf atas kekhilafan saya menyebut kata-kata yang tidak pantas yaitu: “Dasar Indo, Dasar Indonesia, Dasar pribumi, Tiko!”, pada saat terjadi kesalah pahaman saat bersama-sama antri untuk check in di depan Counter Batik Air Bandar Udara Changi, Singapore pada hari Minggu 09 April 2017 sekira pukul 14:30 waktu Singapore,” tulis steven dalam Surat Pernyataan Permohonan Maaf bermaterai 6000. [Tarbiyah.net]*
Semoga perilaku ini tdk dicontoh oleh saudara2 lain dari etnis yg sama, krn bila memang mengaku beriman apapun agamanya tdk seharusnya berani menghina sesama makhluk TUHAN krn itu sama artinya dg menghina Sang Pencipta yg jg telah menciptakan diri anda saat ini. RI adalah negara kita semua yg masih ingin hidup & tinggal dibumi pertiwi ini, kecuali klo sdh tdk suka lagi & mungkin dianggap hina ya silahkan saja angkat kaki tp tdk perlu menghina dg sesama manusia (kecuali anda2 merasa bukan manusia). Tks
ReplyDeletePost a Comment