Victor Laiskodat Jadi Ahok Jilid II. Politisi Partai Pro Penista Agama (NasDem) Viktor Laiskodat Diminta Hati-Hati Kalau Komentari Islam.
Kemarin Ahok Kini Victor, Kemarin Bengkok Kini Piktor
Sejak September 2016 hingga Mei 2017 kita berlarut-larut menghabiskan energi karena kepicikan seorang Basuki Tjahaya Purnama alias Ahok.
Ahok dengan segala kebodohannya yang sangat ingin berkuasa, merasa bahwa penyebab kegagalannya berkuasa karena mayoritas pemilih adalah pemeluk Islam yang menjalankan perintah Quran terkait surat Al-Maidah:51.
Mereka yang berpikir bengkok, malah mereka yang yang merasa benar. Kita selama ini tidak pernah ribut menerima realitas orang Jawa yang mayoritas yang selalu jadi Presiden Indonesia. Kita tak pernah teriak orang jawa rasialis karena presidennya jawa melulu.
Pernahkah anda mendengar seorang politisi muslim berteriak-teriak meracau seperti Ahok di Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Jepang, Australia dan seterusnya? Tidak pernah!
Kepicikan Ahok ini bahkan didukung berbagai kelompok kecil baik dalam pemerintahan maupun di luar pemerintahan. Kenapa bisa terjadi demikian? Sederhana saja karena mereka memang belum siap untuk hidup dalam alam demokrasi sesungguhnya.
Mereka yang berpikir bengkok, malah mereka yang yang merasa benar. Kita selama ini tidak pernah ribut menerima realitas orang Jawa yang mayoritas yang selalu jadi Presiden Indonesia. Kita tak pernah teriak orang jawa rasialis karena presidennya jawa melulu.
Pernahkah anda mendengar seorang politisi muslim berteriak-teriak meracau seperti Ahok di Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Jepang, Australia dan seterusnya? Tidak pernah!
Kenapa tidak ada yang seperti Ahok? Karena para politisi muslim di sana sangat siap berdemokrasi dan menerima realita bahwa dia hadir sebagai bagian dari minoritas. Yang perlu ditonjolkan adalah kualitas bukan identitas.
Yang unik dalam dunia Islam, bahkan kalaupun sangat berkualitas, karena pemimpin daerah atau pemimpin pusat berperan mengatur segala sendi kehidupan, maka Umat Islam sesuai dengan perintah agamanya diminta untuk mencari pemimpin yang mengerti hukum-hukum Islam dan yang membelanya hukum Islam dengan baik. Siapa yang mampu berlaku demikian? Tentu saja seorang muslim juga.
Ulasan di atas sudah menjelaskan panjang lebar apa dan bagaimana Umat Islam Indonesia. Kedua, lebih bernuansa mencari dukungan suara demi kepentingan partainya dengan cara menimbulkan kebencian dan fitnah. Ketiga, menggunakan analisa sumbu pendek dengan memanfaatkan momentum perppu ormas dengan menyamaratakan semua pihak. Keempat, berpotensi mengadu domba rakyat dengan disinformasi.
Kelima, melanggar peran dasar anggota legislatif yang walau dibekali imunitas, tetap saja harus dalam koridor hukum untuk menjaga persatuan negara dan tidak asal jeplak menuduh dengan kebencian. Keenam, ini yang paling jahat dan berbahaya, menganjurkan anak bangsa untuk saling bunuh demi kepentingan politik sesaat.
Negara ini harus terus dijaga bersama dengan pikiran sehat. Bukan dengan pikiran bengkok dan bukan pula dengan pikiran kotor. Berpolitiklah dengan cara-cara cerdas dan terhormat. Kalahkan lawan politik anda dengan argumentasi-argumentasi cerdas. Lakukan persuasi sehat dan jauh dari konflik.
Untuk apa anda menang karena konflik, jika setelah kemenangan waktu anda cuma habis untuk mengurus konflik. Itukah yang disebut membangun negara dan bangsa? Jangan bengkok dan jangan piktor! (RMOL)
Seharusnya, sebagai orang yang tidak memahami mendalam tentang suatu agama tertentu, lebih baik tak perlu membicarakannya. Sebab, hal itu hanya dapat menimbulkan fitnah dan perpecahan masyarakat.
“Kalau tidak mengerti tentang Islam nanti menjadi fitnah,” katanya saat menghadiri seminar Mosi Integral M. Natsir di Gedung Merdeka, Kota Bandung, Sabtu (5/8/2017).
“Saya harap masalah seperti ini bisa diselesaikan secara kekeluargaan. Makanya hati-hati kalau mengomentari tentang Islam,” katanya.
Sebelumnya, Wakil Sekjen Bidang Hukum dan HAM DPP PAN, Surya Wahyudi melaporkan Viktor atas dugaan tindak pidana pencemaran nama baik melalui elektronik atau penghinaan dan kejahatan tentang penghapusan ras dan etnis.
Materi pidato yang disampaikan Viktor saat acara deklarasi calon Bupati Tarus, Kabupaten Kupang pada 1 Agustus 2017 dinilai berpotensi memicu konflik politik dan konflik di masyarakat.
Selain itu, dalam pidatonya, dinilai telah menodai agama serta mencemarkan nama baik sejumlah partai politik. (Waspada).*
Yang unik dalam dunia Islam, bahkan kalaupun sangat berkualitas, karena pemimpin daerah atau pemimpin pusat berperan mengatur segala sendi kehidupan, maka Umat Islam sesuai dengan perintah agamanya diminta untuk mencari pemimpin yang mengerti hukum-hukum Islam dan yang membelanya hukum Islam dengan baik. Siapa yang mampu berlaku demikian? Tentu saja seorang muslim juga.
Jadi tentu salah kaprah Victor dengan piktornya (pikiran kotornya). Kebenciannya yang mirip-mirip dengan kebencian ala Ahok dengan menuduh secara serampangan Umat Islam dan empat partai politik jelas salah total. Pertama, tidak ada buktinya umat Islam Indonesia ingin mengubah bentuk dan dasar negara.
Ulasan di atas sudah menjelaskan panjang lebar apa dan bagaimana Umat Islam Indonesia. Kedua, lebih bernuansa mencari dukungan suara demi kepentingan partainya dengan cara menimbulkan kebencian dan fitnah. Ketiga, menggunakan analisa sumbu pendek dengan memanfaatkan momentum perppu ormas dengan menyamaratakan semua pihak. Keempat, berpotensi mengadu domba rakyat dengan disinformasi.
Kelima, melanggar peran dasar anggota legislatif yang walau dibekali imunitas, tetap saja harus dalam koridor hukum untuk menjaga persatuan negara dan tidak asal jeplak menuduh dengan kebencian. Keenam, ini yang paling jahat dan berbahaya, menganjurkan anak bangsa untuk saling bunuh demi kepentingan politik sesaat.
Negara ini harus terus dijaga bersama dengan pikiran sehat. Bukan dengan pikiran bengkok dan bukan pula dengan pikiran kotor. Berpolitiklah dengan cara-cara cerdas dan terhormat. Kalahkan lawan politik anda dengan argumentasi-argumentasi cerdas. Lakukan persuasi sehat dan jauh dari konflik.
Untuk apa anda menang karena konflik, jika setelah kemenangan waktu anda cuma habis untuk mengurus konflik. Itukah yang disebut membangun negara dan bangsa? Jangan bengkok dan jangan piktor! (RMOL)
Soal Viktor Laiskodat, Ketum PAN: Makanya, Hati-Hati Kalau Komentari Islam
Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan menyesalkan pernyataan Ketua Fraksi Nasdem Viktor Laiskodat yang menyebut partainya anti-Pancasila dan mendukung khilafah. Kata Zulkifli, Viktor terlalu gegabah mengungkapkan hal seperti itu.Seharusnya, sebagai orang yang tidak memahami mendalam tentang suatu agama tertentu, lebih baik tak perlu membicarakannya. Sebab, hal itu hanya dapat menimbulkan fitnah dan perpecahan masyarakat.
“Kalau tidak mengerti tentang Islam nanti menjadi fitnah,” katanya saat menghadiri seminar Mosi Integral M. Natsir di Gedung Merdeka, Kota Bandung, Sabtu (5/8/2017).
Ia pun berharap, agar kasus Viktor Laiskodat terkait dugaan ujaran kebencian dapat diselesaikan secara kekeluargaan.
“Saya harap masalah seperti ini bisa diselesaikan secara kekeluargaan. Makanya hati-hati kalau mengomentari tentang Islam,” katanya.
Sebelumnya, Wakil Sekjen Bidang Hukum dan HAM DPP PAN, Surya Wahyudi melaporkan Viktor atas dugaan tindak pidana pencemaran nama baik melalui elektronik atau penghinaan dan kejahatan tentang penghapusan ras dan etnis.
Materi pidato yang disampaikan Viktor saat acara deklarasi calon Bupati Tarus, Kabupaten Kupang pada 1 Agustus 2017 dinilai berpotensi memicu konflik politik dan konflik di masyarakat.
Selain itu, dalam pidatonya, dinilai telah menodai agama serta mencemarkan nama baik sejumlah partai politik. (Waspada).*
Post a Comment