Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj mengeluarkan pernyataan kontroversial. Bukan saja kontroversial, tapi juga menunjukkan kesombongan (takabur) dan arogansi, merasa kelompoknya (NU) paling benar dan paling berhak.
"Agar berperan di tengah-tengah masyarakat. Peran apa? Peran syuhudan diniyan, peran agama. Harus kita pegang. Imam masjid, khatib-khatib, KUA-KUA, Pak Menteri Agama, harus dari NU, kalau dipegang selain NU salah semua," ujar Said Aqil disambut tepuk tangan muslimat NU yang hadir.
"Nanti banyak bid'ah nanti kalau selain NU. Ini bid'ah ini. Tari-tari sufi bid'ah nanti," sambung Said Aqil sambil menunjuk ke depan mengarah ke lokasi digelarnya tarian sufi.
Said mengatakan, selama ini kader NU memang telah berperan banyak di tengah masyarakat. Namun ada satu peran yang belum dilakukan, yakni syuhudan syiayah atau peran politik.
"Peran ekonomi, peran kesejahteraan, peran kesehatan, peran sosial, peran masyarakatan. Muslimat sudah berperan. Koperasi-koperasi, bisnis perdagangan, yang belum satu, syuhudan syiayah, peran politik. Maka tahun 2019 harus menang. Supaya NU berperan syuhudan syiayah," tutur merujuk pada cawapres pasangan Jokowi, Ma'ruf Amin, yang merupakan ulama NU dan mantan Rais Aam PBNU.
Sekjen MUI Anwar Abbas mendesak Said Aqil meminta maaf dan mencabut ucapan itu. Namun, Said Aqil menolak karena merasa tidak ada yang salah dari pernyataannya tersebut. Selain itu, menurut Said, NU adalah organisasi Islam yang independen.
“Sekjen majelis ulama meminta saya mencabut ungkapan saya kemarin, saya atau NU bukan bawahan ulama, tidak ada hak mereka perintah-perintah saya,” kata Said lantang saat membuka acara Rakornas Lembaga Dakwah Nahdahtul Ulama (LDNU) se-Indonesia di Jakarta, Senin (28/1/2019).
Said Aqil menyebut MUI hanyalah forum silaturahmi ulama lintas organisasi Islam, bukan induk NU. Lebih jauh, dia justru membusungkan badan bahwa sebagai pimpinan PBNU tidak takut pada siapa pun. (detik.com/cnnindonesia.com/kumparan.com).*
Dalam sambutannya di Harlah ke-73 Muslimat NU di Stadion GBK, Jakarta, Minggu (27/1/2019), Said meminta Muslimat NU mengambil peran di segala sektor, dari mulai peran agama, peran akhlak, peran sosial, peran kesejahteraan hingga peran politik.
"Agar berperan di tengah-tengah masyarakat. Peran apa? Peran syuhudan diniyan, peran agama. Harus kita pegang. Imam masjid, khatib-khatib, KUA-KUA, Pak Menteri Agama, harus dari NU, kalau dipegang selain NU salah semua," ujar Said Aqil disambut tepuk tangan muslimat NU yang hadir.
"Nanti banyak bid'ah nanti kalau selain NU. Ini bid'ah ini. Tari-tari sufi bid'ah nanti," sambung Said Aqil sambil menunjuk ke depan mengarah ke lokasi digelarnya tarian sufi.
Said mengatakan, selama ini kader NU memang telah berperan banyak di tengah masyarakat. Namun ada satu peran yang belum dilakukan, yakni syuhudan syiayah atau peran politik.
"Peran ekonomi, peran kesejahteraan, peran kesehatan, peran sosial, peran masyarakatan. Muslimat sudah berperan. Koperasi-koperasi, bisnis perdagangan, yang belum satu, syuhudan syiayah, peran politik. Maka tahun 2019 harus menang. Supaya NU berperan syuhudan syiayah," tutur merujuk pada cawapres pasangan Jokowi, Ma'ruf Amin, yang merupakan ulama NU dan mantan Rais Aam PBNU.
"Imam masjid, khatib, KUA (kantor urusan agama), harus dari NU. Kalau dipegang selain NU, salah semua," kata Said lalu tertawa kecil yang diikuti hadirin yang mendengar.
Menanggapi hal pernyataan kontroversial Ketum PBNU itu, pihak Dewan Masjid Indonesia (DMI) akan meminta penjelasan atau tabayun.
"Kalau dari DMI kita harus tabayun dulu. Saya sendiri belum ketemu Kiai Said. Kalau nanti ketemu apa yang dimaksudkan beliau akan di-tabayunkan, proses itu yang kita nggak boleh sepotong-potong itu yang kita nggak mau," ujar Wakil Sekretaris Jenderal DMI, Ivan Rovian.
Menurutnya, tabayun merupakan cara tepat yang harus dilakukan untuk mengetahui kejelasan dari pernyataan Said Aqil tersebut. Hal itu dilakukan untuk tetap menjaga kerukunan umat beragama.
"Kita tetap menjaga kondusifitas ukhuwah Islamiyah dan kondusifitas-nya umat ini perlu kita jaga. Ini jangan sampai gara-gara pernyataan tanpa kita lakukan klarifikasi atau tabayun dan ditumpangi tertentu itu justru malah terjadi perpecahan umat, ini justru yang kita tidak mau. Saya yakin masih dalam konteks beliau tidak mencoba untuk merendahkan yang lain," ujar Ivan.
Tokoh Muhammadiyah, Anwar Abbas, menyesalkan pernyataan Said. Penyataan tersebut dinilai Anwar membahayakan persatuan umat dan tidak mencerminkan akal sehat.
"Saya sesalkan. Pernyataan ini jelas tidak mencerminkan akal sehat. Saya yakin pernyataan ini adalah pernyataan dan sikap pribadi dari Said Aqil Siradj dan bukanlah sikap dari NU," kata Anwar Abbas.
Menurutnya, jika pernyataan Said Aqil tersebut menyatakan atas nama Nahdlatul Ulama, maka sikap itu dinilai membahayakan karena mengancam persatuan dan kesatuan umat.
Karena itu, Anwar meminta Said Aqil menarik ucapannya itu agar tidak memantik keriuhan di kalangan umat.
Anwar menilai apa yang dilakukan Said berseberangan jauh dengan semangat yang diusung itu.
"Yang hendak dilakukan oleh Said Aqil Siradj adalah untuk mengambil dan meraup semua jabatan dan posisi yang ada di negeri ini untuk NU," katanya.
"Begitu juga rektor-rektor Universitas Islam (UIN) dan IAIN semuanya nyaris dari NU," kata dia.
Anwar menegaskan, skenario ini harus dihentikan jika anak-anak bangsa masih mau negeri ini aman damai dan tentram.
Menurutnya, tabayun merupakan cara tepat yang harus dilakukan untuk mengetahui kejelasan dari pernyataan Said Aqil tersebut. Hal itu dilakukan untuk tetap menjaga kerukunan umat beragama.
"Kita tetap menjaga kondusifitas ukhuwah Islamiyah dan kondusifitas-nya umat ini perlu kita jaga. Ini jangan sampai gara-gara pernyataan tanpa kita lakukan klarifikasi atau tabayun dan ditumpangi tertentu itu justru malah terjadi perpecahan umat, ini justru yang kita tidak mau. Saya yakin masih dalam konteks beliau tidak mencoba untuk merendahkan yang lain," ujar Ivan.
Tokoh Muhammadiyah, Anwar Abbas, menyesalkan pernyataan Said. Penyataan tersebut dinilai Anwar membahayakan persatuan umat dan tidak mencerminkan akal sehat.
"Saya sesalkan. Pernyataan ini jelas tidak mencerminkan akal sehat. Saya yakin pernyataan ini adalah pernyataan dan sikap pribadi dari Said Aqil Siradj dan bukanlah sikap dari NU," kata Anwar Abbas.
Menurutnya, jika pernyataan Said Aqil tersebut menyatakan atas nama Nahdlatul Ulama, maka sikap itu dinilai membahayakan karena mengancam persatuan dan kesatuan umat.
Karena itu, Anwar meminta Said Aqil menarik ucapannya itu agar tidak memantik keriuhan di kalangan umat.
Anwar menilai apa yang dilakukan Said berseberangan jauh dengan semangat yang diusung itu.
"Yang hendak dilakukan oleh Said Aqil Siradj adalah untuk mengambil dan meraup semua jabatan dan posisi yang ada di negeri ini untuk NU," katanya.
Anwar menyinggung saat ini di Kementerian Agama juga tidak ada satu pun orang Muhammadiyah di eselon satu dan dua. Semuanya, kata dia, nyaris dari NU.
"Begitu juga rektor-rektor Universitas Islam (UIN) dan IAIN semuanya nyaris dari NU," kata dia.
Anwar menegaskan, skenario ini harus dihentikan jika anak-anak bangsa masih mau negeri ini aman damai dan tentram.
Untuk itu, kata Anwar, dirinya meminta Said Aqil untuk meminta maaf kepada umat Islam. "Karena saya yakin dan percaya itu bukan sikap NU," katanya.
Komisi VIII DPR, yang membidangi urusan agama, menanggapi pernyataan Ketua Umum PBNU Said Aqil Siroj soal imam masjid hingga khatib harus dari NU. Wakil Ketua Komisi VIII dari F-Gerindra, Sodik Mujahid.
"Tolong tanyakan Pak Aqil sehat jiwa dan raganya? Barangkali dia sedang kurang sehat jiwa-raganya sehingga bicara begitu," kata Sodik.
Ia heran pernyataan itu bisa terlontar dari Said Aqil. Sebab, menurut Sodik, Said Aqil dikenal sebagai tokoh pluralis.
"Pak Aqil katanya selama ini dikenal aktivis pluralis. Untuk keragaman suku, adat, dan agama. Tapi super-aneh, untuk sesama umat, yakni ngurus masjid, jadi imam, khatib, dan KUA, dia tidak pluralis, semua harus NU," ujarnya.
Said Aqil Siradj sendiri menolak minta maaf dan menarik pernyataannya yang arogan, takabur, dan cenderung SYIRIK karena menyatakan NU benar dan yang lain salah.
Komisi VIII DPR, yang membidangi urusan agama, menanggapi pernyataan Ketua Umum PBNU Said Aqil Siroj soal imam masjid hingga khatib harus dari NU. Wakil Ketua Komisi VIII dari F-Gerindra, Sodik Mujahid.
"Tolong tanyakan Pak Aqil sehat jiwa dan raganya? Barangkali dia sedang kurang sehat jiwa-raganya sehingga bicara begitu," kata Sodik.
Ia heran pernyataan itu bisa terlontar dari Said Aqil. Sebab, menurut Sodik, Said Aqil dikenal sebagai tokoh pluralis.
"Pak Aqil katanya selama ini dikenal aktivis pluralis. Untuk keragaman suku, adat, dan agama. Tapi super-aneh, untuk sesama umat, yakni ngurus masjid, jadi imam, khatib, dan KUA, dia tidak pluralis, semua harus NU," ujarnya.
Said Aqil Siradj sendiri menolak minta maaf dan menarik pernyataannya yang arogan, takabur, dan cenderung SYIRIK karena menyatakan NU benar dan yang lain salah.
Sekjen MUI Anwar Abbas mendesak Said Aqil meminta maaf dan mencabut ucapan itu. Namun, Said Aqil menolak karena merasa tidak ada yang salah dari pernyataannya tersebut. Selain itu, menurut Said, NU adalah organisasi Islam yang independen.
“Sekjen majelis ulama meminta saya mencabut ungkapan saya kemarin, saya atau NU bukan bawahan ulama, tidak ada hak mereka perintah-perintah saya,” kata Said lantang saat membuka acara Rakornas Lembaga Dakwah Nahdahtul Ulama (LDNU) se-Indonesia di Jakarta, Senin (28/1/2019).
Said Aqil menyebut MUI hanyalah forum silaturahmi ulama lintas organisasi Islam, bukan induk NU. Lebih jauh, dia justru membusungkan badan bahwa sebagai pimpinan PBNU tidak takut pada siapa pun. (detik.com/cnnindonesia.com/kumparan.com).*
Post a Comment