Jokowi seorang Muslim, penganut Islam. Lalu kenapa dicap anti-Islam?
Jokowi orang baik, orang Islam, tapi kekuatan yang ada di belakangnya, orang-orang di sekitarnya, para pembisik sekaligus "pembusuknya", anti-Islam.
Para penghina ulama bergentayangan dengan bebas. Bukankah seharusnya hukum tidak pandang bulu? Tak salah bila kemudian masyarakat Muslim menganggap rezim ini anti Islam.
Sikap Pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) dinilai semakin memusuhi umat Islam. Banyak indikasi yang mengarah penilaian tersebut.
Ustaz Felix Siauw menyebutkan beberapa di antaranya ketika umat Islam menuntut keadilan melalui Aksi Bela Islam karena Alquran didinista, kepolisian dan aparat berwenang lainnya malah menuding upaya makar. Sebaliknya, ketika masjid dibakar, Jokowi malah mengundang pelakunya ke Istana.
"Nah jangan-janagn wajar ketika orang merasa bahwa ini adalah penguasa yang anti-Islam," ujar Felix dalam video yang diunggah di akun Facebook, Senin, 9 Mei 2017.
Dia menyebutkan indikasi lainnya adalah ketika munculnya persoalan penistaan agama yang melibatkan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama atau dikenal Ahok. Pemerintah bersama jajarannya malah memberikan cap dan gelar negatif kepada Aksi Bela Islam.
Bahkan, kata dia pemerintah melalui aparatnya malah mengkriminalisasi para ulama. Pemerintah melalui jajarannya juga dituding ikut membubarkan pengajian tanpa melalui cara yang dianggap pantas.
"Lah ternyata memang sulit untuk menafikan bahwa ketika orang melihat banyak sekali keberpihakan, misalnya dalam kasus penistaan agama tadi," ucapnya.
Menurut Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah, penguasa sekarang memiliki lingkaran anti-Islam dan Islamophobia di sekitarnya.
"Dari mulut mereka keluar kebencian, tapi dalam hati mereka kebencian itu lebih dalam. Waktu akan menceritakan,” kata Fahri dalam pesan singkatnya yang diterima wartawan, Senin (23/7/2018).
"Beda dengan presiden sebelumnya, Susilo Bambang Yudhoyono. 10 tahun presiden SBY tidak pernah kita terseret dalam narasi seperti ini. Ingat, radikalisasi ini berbahaya bagi NKRI," ucapnya.
Fahri membeberkan kebenaran ucapannya, soal elemen anti Islam dan Islamophobia tersebut. Dia mempersilahkan didebat kalau apa yang disampaikan bukan kebenaran.
"Silahkan bantah. Tapi jika ada 7 juta orang datang dari seluruh wilayah republik, melakukan protes atas ketidakadilan yang dirasakan oleh umat Islam akibat nuansa anti Islam dan Islamophobia dalam kebijakan negara, maka itu bukan isapan jempol. Itu fakta," cetusnya lagi.
Pilkada kemarin, menurut Fahri membuktikan bahwa akibat anti Islam dan Islamophobia, masih nampak nuansa ideologis. Tapi, ada upaya membuatnya landai atau dilupakan.
"Kini, menjelang Pemilu 2019 ada manuver ProIslam dari rezim ini tetapi akan gagal. Kosmetika luntur oleh dosa-dosa Jokowi," sindirnya lagi.
Meski banyak tokoh Islam yang berubah pikiran tentang presiden Jokowi, tetapi jika lingkar dalamnya terlalu militan dengan nuansa anti Islam dan Islamophobia, maka semua upaya ini akan sia-sia.
Menurut anggota DPR dari Nusa Tenggara Barat (NTB) itu, pencitraan dengan merekrut tokoh Islam dan ulama, tidak mengobati luka yang sudah terlalu dalam. Habib Rizieq Shihab (HRS) masih di luar, ulama masih tersangka, dan lain-lain.
"Adilkah kita kalau menuduh pemerintah berkuasa sebagai pemicu konflik ideologi dan tumbuhnya paham anti Islam dan Islamophobia? Tentu adil karena tugas kekuasaan adalah bertanggungjawab atas perkembangan masyarakat. 10 tahun masa SBY tidak pernah begini," tambah Fahri.
"Mari kita waspada dengan upaya pemecahbelahan bangsa. Mari lawan semangat Anti Islam dan Islamophobia yang pernah tumbuh dan belum sirna. Semoga bangsa kita bersatu melawan upaya pecah-belah. Wallahu a'lam," tutupnya.
Sikap Pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) dinilai semakin memusuhi umat Islam. Banyak indikasi yang mengarah penilaian tersebut.
Ustaz Felix Siauw menyebutkan beberapa di antaranya ketika umat Islam menuntut keadilan melalui Aksi Bela Islam karena Alquran didinista, kepolisian dan aparat berwenang lainnya malah menuding upaya makar. Sebaliknya, ketika masjid dibakar, Jokowi malah mengundang pelakunya ke Istana.
"Nah jangan-janagn wajar ketika orang merasa bahwa ini adalah penguasa yang anti-Islam," ujar Felix dalam video yang diunggah di akun Facebook, Senin, 9 Mei 2017.
Dia menyebutkan indikasi lainnya adalah ketika munculnya persoalan penistaan agama yang melibatkan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama atau dikenal Ahok. Pemerintah bersama jajarannya malah memberikan cap dan gelar negatif kepada Aksi Bela Islam.
Bahkan, kata dia pemerintah melalui aparatnya malah mengkriminalisasi para ulama. Pemerintah melalui jajarannya juga dituding ikut membubarkan pengajian tanpa melalui cara yang dianggap pantas.
"Lah ternyata memang sulit untuk menafikan bahwa ketika orang melihat banyak sekali keberpihakan, misalnya dalam kasus penistaan agama tadi," ucapnya.
Menurut Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah, penguasa sekarang memiliki lingkaran anti-Islam dan Islamophobia di sekitarnya.
"Dari mulut mereka keluar kebencian, tapi dalam hati mereka kebencian itu lebih dalam. Waktu akan menceritakan,” kata Fahri dalam pesan singkatnya yang diterima wartawan, Senin (23/7/2018).
Bahkan, Fahri menyebutkan, di antara dosa-dosa Jokowi yang besar adalah karena membiarkan berkembangbiaknya elemen anti Islam dan Islamophobia melalui medium konflik ideologi.
"Beda dengan presiden sebelumnya, Susilo Bambang Yudhoyono. 10 tahun presiden SBY tidak pernah kita terseret dalam narasi seperti ini. Ingat, radikalisasi ini berbahaya bagi NKRI," ucapnya.
Fahri membeberkan kebenaran ucapannya, soal elemen anti Islam dan Islamophobia tersebut. Dia mempersilahkan didebat kalau apa yang disampaikan bukan kebenaran.
"Silahkan bantah. Tapi jika ada 7 juta orang datang dari seluruh wilayah republik, melakukan protes atas ketidakadilan yang dirasakan oleh umat Islam akibat nuansa anti Islam dan Islamophobia dalam kebijakan negara, maka itu bukan isapan jempol. Itu fakta," cetusnya lagi.
Pilkada kemarin, menurut Fahri membuktikan bahwa akibat anti Islam dan Islamophobia, masih nampak nuansa ideologis. Tapi, ada upaya membuatnya landai atau dilupakan.
"Kini, menjelang Pemilu 2019 ada manuver ProIslam dari rezim ini tetapi akan gagal. Kosmetika luntur oleh dosa-dosa Jokowi," sindirnya lagi.
Meski banyak tokoh Islam yang berubah pikiran tentang presiden Jokowi, tetapi jika lingkar dalamnya terlalu militan dengan nuansa anti Islam dan Islamophobia, maka semua upaya ini akan sia-sia.
Menurut anggota DPR dari Nusa Tenggara Barat (NTB) itu, pencitraan dengan merekrut tokoh Islam dan ulama, tidak mengobati luka yang sudah terlalu dalam. Habib Rizieq Shihab (HRS) masih di luar, ulama masih tersangka, dan lain-lain.
"Adilkah kita kalau menuduh pemerintah berkuasa sebagai pemicu konflik ideologi dan tumbuhnya paham anti Islam dan Islamophobia? Tentu adil karena tugas kekuasaan adalah bertanggungjawab atas perkembangan masyarakat. 10 tahun masa SBY tidak pernah begini," tambah Fahri.
"Mari kita waspada dengan upaya pemecahbelahan bangsa. Mari lawan semangat Anti Islam dan Islamophobia yang pernah tumbuh dan belum sirna. Semoga bangsa kita bersatu melawan upaya pecah-belah. Wallahu a'lam," tutupnya.
Alasan Jokowi Disebut Anti Islam juga karena penutupan sepihak situs-situs Islam, pemblokiran terhadap 19 media di awal tahun 2015 yang dituduh mengkampanyekan gagasan radikalisme dan terorisme.
Alasan lannya, penangkapan Ustadz dan Penceramah di daerah, Ustadz Alfian Tanjung, Al Khatatath, Haryono,Novel Bamukmin, dengan tuduhan makar dan ujaran kebencian mewarnai laman berita di berbagai media online.
Dengan kasus-kasus di atas, wajar jika mayoritas ormas Islam, mayoritas ulama, mendukung Prabowo-Sandi, agar tidak ada lagi kriminalisasi ulama, tidak ada lagi "orang gila" menyiksa ulama, tidak ada lagi kegaduhan, dan tidak ada lagi adu-domba umat Islam.
Digandengnya Ma'ruf Amin sebagai cawapres, adalah upaya pencitraan kubu Jokowi agar tidak disebut anti-Islam.
Sumber:
https://nasional.sindonews.com/read/1203662/12/ustaz-felix-siauw-ungkap-indikasi-pemerintahan-jokowi-anti-islam-1494296485
https://politik.rmol.co/read/2018/07/23/348977/Percuma-Rekrut-Ulama,-Lingkaran-Jokowi-Anti-Islam-
Alasan lannya, penangkapan Ustadz dan Penceramah di daerah, Ustadz Alfian Tanjung, Al Khatatath, Haryono,Novel Bamukmin, dengan tuduhan makar dan ujaran kebencian mewarnai laman berita di berbagai media online.
Dengan kasus-kasus di atas, wajar jika mayoritas ormas Islam, mayoritas ulama, mendukung Prabowo-Sandi, agar tidak ada lagi kriminalisasi ulama, tidak ada lagi "orang gila" menyiksa ulama, tidak ada lagi kegaduhan, dan tidak ada lagi adu-domba umat Islam.
Digandengnya Ma'ruf Amin sebagai cawapres, adalah upaya pencitraan kubu Jokowi agar tidak disebut anti-Islam.
Sumber:
https://nasional.sindonews.com/read/1203662/12/ustaz-felix-siauw-ungkap-indikasi-pemerintahan-jokowi-anti-islam-1494296485
https://politik.rmol.co/read/2018/07/23/348977/Percuma-Rekrut-Ulama,-Lingkaran-Jokowi-Anti-Islam-
Post a Comment