Sejumlah anggota Barisan Ansor Serba Guna Nahdlatul Ulama (Banser NU) membakar bendera Tauhid, yaitu bendera bertuliskan kalimat tauhid "Laa Ilaaha Illallah" (لآإِلَهَ إِلاَّ الله) yang merupakan inti ajaran Islam.
Video berisi pembakaran bendera dengan tulisan kalimat tauhid oleh belasan anggota Banser NU di Garut pada perayaan Hari Santri, Minggu (21/10/2018) viral di media sosial.
Keislaman Banser NU pun kian diragukan. Tagar #BubarkanBanser di Twitter menjadi trending. Sejumlah pihak mengecam pembakaran bendera tauhid tersebut, apalagi Banser NU dikenal sebagai ormas Islam.
Kelakuan Banser NU membakar bendera tauhid semakin menambah keraguan banyak kalangan terhadap keislaman Banser NU. Sebelumnya, Banser kerap membubarkan pengajian, penghalani ulama tertentu menyampaikan ceramah, dan sebaliknya Banser lebih sering menjaga gereja dan membela kaum kafir ketimbang seiring-sejalan dengan sesama ormas Islam.
Pembakaran bendera tauhid sudah mulai memunculkan reaksi.
Di Serang, Banten, muncul Aksi Bela Tauhid yang bakal digelar Rabu (24/10/2018). Aksi itu untuk menentang aksi pembakaran bendera dengan kalimat tauhid.
"Itu adalah upaya menjaga kalimat tauhid. Jika bukan bendera yang ada tulisan tauhidnya, bisa jadi oleh mereka tidak bakar, tetapi langsung buang saja ke comberan," katanya.
Menurut Al Faqier, alasan yang dikemukakan oleh Yaqut tak logis. Alasannya, pertama, pembakaran dilakukan secara arogan di tempat terbuka dan di depan umum.
"Itu cara arogan, apapun alasannya kami enggak terima," cetus dia. "Kalau Banser dibakar benderanya marah enggak tuh? Ya marah," ia menambahkan.
Kedua, lanjutnya, bendera tauhid itu bukanlah milik ormas terlarang seperti Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Menurutnya, simbol HTI adalah gambar bendera Al Liwa (bendera putih dengan tulisan kalimat tauhid berwarna hitam) dengan posisi miring dengan diserta tulisan Hizbut Tahrir Indonesia di bawah tiang benderanya.
"Enggak benar kalau [yang dibakar] itu bendera atau lambang HTI," ucap Al Faqier.
Baca Juga:
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menyesalkan pembakaran bendera tauhid itu. Emil pun meminta semua pihak menahan diri dari emosi berlebih karena pelaku terkait telah diamankan polisi.
"Kepolisian sudah mengamankan pelaku pembakaran bendera tauhid ke kantor polisi untuk penyidikan lebih lanjut. Kita serahkan semuanya pada proses hukum yang berlaku. Semoga semua bisa mengambil hikmah, agar segala tindakan kita itu harus dibarengi iman, ilmu, dan ahlak," demikian kicauan Ridwan lewat akun twitter pribadinya, Selasa (23/10/2018).
Majelis Ulama Indonesia (MUI) meminta Banser NU untuk meminta maaf.
"MUI meminta kepada yang telah melakukan tindakan tersebut meminta maaf dan mengakui kesalahan secara terbuka kepada umat Islam," ujar Sekjen MUI Anwar Abbas.
Menurut Anwar, permintaan maaf dan pengakuan salah itu untuk merespons timbulnya kegaduhan di kalangan umat Islam setelah kejadian tersebut.
Untuk masalah pembakaran, MUI belum bisa memberikan pernyataan. Menurut Anwar, MUI akan melakukan kajiam lebih lanjut terkait pembakaran bendera yang diduga bendera Hizbut Tahrir Indonesia.
Ormas Islam Syarikat Islam (SI) sangat menyesalkan pembakaran bendera Tauhid oleh Banser NU.
SI menilai, tindakan tersebut merupakan tindakan yang bukan saja tidak pantas dilakukan, tetapi juga tindakan yang sangat berlebihan dan menyakitkan hati siapa pun yang mengaku muslim.
SI sangat setuju untuk membubarkan organisasi yang hendak mengganti Pancasila sebagai dasar negara, termasuk HTI. Tetapi bendera yang bertuliskan kalimat 'Lailaaha illallah Muhammadarrasulullah' tidak selalu harus dipandang sebagai bendera HTI sebagai partai.
Video berisi pembakaran bendera dengan tulisan kalimat tauhid oleh belasan anggota Banser NU di Garut pada perayaan Hari Santri, Minggu (21/10/2018) viral di media sosial.
Keislaman Banser NU pun kian diragukan. Tagar #BubarkanBanser di Twitter menjadi trending. Sejumlah pihak mengecam pembakaran bendera tauhid tersebut, apalagi Banser NU dikenal sebagai ormas Islam.
Kelakuan Banser NU membakar bendera tauhid semakin menambah keraguan banyak kalangan terhadap keislaman Banser NU. Sebelumnya, Banser kerap membubarkan pengajian, penghalani ulama tertentu menyampaikan ceramah, dan sebaliknya Banser lebih sering menjaga gereja dan membela kaum kafir ketimbang seiring-sejalan dengan sesama ormas Islam.
Bakar Bendera Tauhid, Keislaman Banser NU Diragukan.* |
Di Serang, Banten, muncul Aksi Bela Tauhid yang bakal digelar Rabu (24/10/2018). Aksi itu untuk menentang aksi pembakaran bendera dengan kalimat tauhid.
Panitia penyelenggara menargetkan seribu peserta hadir dalam aksi tersebut.
"Besok bakda zuhur rencananya. Kami targetkan ada seribu orang yang hadir, tapi wallahu 'alam. Kami tidak bisa cegah keinginan umat," kata Koordinator Aksi Bela Tauhid Al Faqier Abu Wildan, dilansir CNNIndonesia.com, Selasa (23/10/2018).
Dia mengaku berasal dari Forum Persaudaraan Ummat Islam Banten (FPUIB) yang terdiri dari berbagai ormas dan pesantren. Dalam aksi ini sejumlah pesantren disebut sudah memastikan kehadirannya, di antaranya Ponpes Al Islam, Ponpes Ardaniyah, Ponpes Sabilurrahman, dan Ponpes Nurul Bantany.
Menurut Al Faqier, gelaran itu merupakan respons atas keresahan warga akibat pembakaran bendera kalimat tauhid oleh oknum Banser NU.
"Itu kalimat yang sangat sakral. Umat Islam bersahadat dengan kalimat itu," ujarnya. "Umat sudah marah," imbuhnya.
Namun, Ketua GP Ansor Yaqut Cholil Qoumas berdalih, pembakaran itu justru untuk menjaga kalimat tauhid.
"Besok bakda zuhur rencananya. Kami targetkan ada seribu orang yang hadir, tapi wallahu 'alam. Kami tidak bisa cegah keinginan umat," kata Koordinator Aksi Bela Tauhid Al Faqier Abu Wildan, dilansir CNNIndonesia.com, Selasa (23/10/2018).
Dia mengaku berasal dari Forum Persaudaraan Ummat Islam Banten (FPUIB) yang terdiri dari berbagai ormas dan pesantren. Dalam aksi ini sejumlah pesantren disebut sudah memastikan kehadirannya, di antaranya Ponpes Al Islam, Ponpes Ardaniyah, Ponpes Sabilurrahman, dan Ponpes Nurul Bantany.
Menurut Al Faqier, gelaran itu merupakan respons atas keresahan warga akibat pembakaran bendera kalimat tauhid oleh oknum Banser NU.
"Itu kalimat yang sangat sakral. Umat Islam bersahadat dengan kalimat itu," ujarnya. "Umat sudah marah," imbuhnya.
Namun, Ketua GP Ansor Yaqut Cholil Qoumas berdalih, pembakaran itu justru untuk menjaga kalimat tauhid.
"Itu adalah upaya menjaga kalimat tauhid. Jika bukan bendera yang ada tulisan tauhidnya, bisa jadi oleh mereka tidak bakar, tetapi langsung buang saja ke comberan," katanya.
Menurut Al Faqier, alasan yang dikemukakan oleh Yaqut tak logis. Alasannya, pertama, pembakaran dilakukan secara arogan di tempat terbuka dan di depan umum.
"Itu cara arogan, apapun alasannya kami enggak terima," cetus dia. "Kalau Banser dibakar benderanya marah enggak tuh? Ya marah," ia menambahkan.
Kedua, lanjutnya, bendera tauhid itu bukanlah milik ormas terlarang seperti Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Menurutnya, simbol HTI adalah gambar bendera Al Liwa (bendera putih dengan tulisan kalimat tauhid berwarna hitam) dengan posisi miring dengan diserta tulisan Hizbut Tahrir Indonesia di bawah tiang benderanya.
"Enggak benar kalau [yang dibakar] itu bendera atau lambang HTI," ucap Al Faqier.
Baca Juga:
"Kepolisian sudah mengamankan pelaku pembakaran bendera tauhid ke kantor polisi untuk penyidikan lebih lanjut. Kita serahkan semuanya pada proses hukum yang berlaku. Semoga semua bisa mengambil hikmah, agar segala tindakan kita itu harus dibarengi iman, ilmu, dan ahlak," demikian kicauan Ridwan lewat akun twitter pribadinya, Selasa (23/10/2018).
Majelis Ulama Indonesia (MUI) meminta Banser NU untuk meminta maaf.
"MUI meminta kepada yang telah melakukan tindakan tersebut meminta maaf dan mengakui kesalahan secara terbuka kepada umat Islam," ujar Sekjen MUI Anwar Abbas.
Menurut Anwar, permintaan maaf dan pengakuan salah itu untuk merespons timbulnya kegaduhan di kalangan umat Islam setelah kejadian tersebut.
Untuk masalah pembakaran, MUI belum bisa memberikan pernyataan. Menurut Anwar, MUI akan melakukan kajiam lebih lanjut terkait pembakaran bendera yang diduga bendera Hizbut Tahrir Indonesia.
Ormas Islam Syarikat Islam (SI) sangat menyesalkan pembakaran bendera Tauhid oleh Banser NU.
SI menilai, tindakan tersebut merupakan tindakan yang bukan saja tidak pantas dilakukan, tetapi juga tindakan yang sangat berlebihan dan menyakitkan hati siapa pun yang mengaku muslim.
SI sangat setuju untuk membubarkan organisasi yang hendak mengganti Pancasila sebagai dasar negara, termasuk HTI. Tetapi bendera yang bertuliskan kalimat 'Lailaaha illallah Muhammadarrasulullah' tidak selalu harus dipandang sebagai bendera HTI sebagai partai.
Bahkan, sekalipun itu adalah bendera HTI, pembakaran tersebut adalah perbuatan yang tidak pantas dilakukan oleh seorang Muslim, karena yang dibakar adalah kalimat 'Lailaaha illallah Muhammadarrasulullah'.*
Post a Comment