Website Dakwah untuk Kemuliaan Islam dan Kaum Muslim

Daftar Blunder Stafsus Milenial Jokowi, Ombudsman Minta Evaluasi

Daftar Blunder Stafsus Milenial Jokowi, Ombudsman Minta Evaluasi

Kiprah Staf Khusus (Stafsus) Presiden Jokowi kembali mendapat sorotan tajam. Stafsus pun menjadi trending topic di Twitter, Selasa (14/4/2020). Ombudsman minta Jokowi mengevaluasi Stafsus. Warganet mendesak #BubarkanStafsus.

Trending Stafsus kali ini berawal dari salah seorang stafsus milenial (anak muda) Andi Taufan Garuda Putra.

Andi menggunakan kop surat Sekretariat Kabinet untuk kepentingan kerja sama perusahaannya, PT Amartha Mikro Fintek (Amartha), sebagai relawan virus corona. Surat itu dikirimkan kepada camat di seluruh Indonesia.

Diprotes, ia minta maaf.

"Saya mohon maaf atas hal ini dan menarik kembali surat tersebut," katanya dalam surat Selasa, 14 April 2020.

Daftar Blunder Stafsus Milenial Jokowi

Ulah Andi menambah daftar blundur Stafsus Milineal yang selama ini dipertanyakan kinerja dan pengaruhnya bagi pemerintahan Jokowi. Apalagi mereka disebut-sebut menerima gaji Rp 51 juta per bulan.

Sebar Hoaks Soal Covid-19

Sebelumnya, Stafsus lainnya, Angkie Yudistia, menyebarkan hoaks soal deteksi corona cuma 10 detik dengan cara tarik napas.

Publik pun mengecam aksi Angkie Yudistia tersebut, mengingat statusnya sebagai staf khusus presiden.

Angkie Yudistia membagikan cara deteksi corona ke akun Instagramnya, @angkie.yudistia. Narasi di unggahan tersebut berbunyi:

"Di masa inkubasi, virus mungkin belum terdeteksi (ketika check-up). Tunggu sudah bersin-bersin atau batuk. Cek diri yang paling mudah seperti yang di Taiwan. bangun pagi, tarik nafas yang dalam, lalu tahan 10 detik. Kalau batuk, kemungkinan besar segera ada tindakan."

Angkie menghapus postingan dan meminta maaf kepada publik.

"Postingan aku sebelumnya hapus ya, padahal dari siapa-nya pun udah saya cantukan. Kalau masih ada yang marah, maaf ya dan next akan saya crosscheck lagi sebelum posting. Baikan laah kitaa," ujarnya.

Menyalakan Kegelapan

Stafsus lainnya, Adamas Belva Syah Devara, menuai kritikan dengan pernyataanya mengenai wabah corona di Indonesia.

"Bukan waktunya saling menjatuhkan atau saling membully, ayo bertanya pada diri sendiri apa yang bisa saya lakukan untuk negeri," kata Belva Devara seperti yang dikutip dari BNPB.

"Menyalakan lilin lebih baik daripada menyalakan kegelapan," tambahnya.

Ungkapan motivasi yang dinyatakan oleh Belva tersebut mendapat tanggapan dari komika Arie Kriting.

"Halah, sebulan lalu banyak yang ingetin akan bahaya corona ini. Negara ngapain? Becanda dan ngeyel. Sekarang menyuruh kita nanya diri sendiri lagi. Pakai acara menyalakan lilin, mau ngepet boss?" tulis Arie Kriting melalui akun Twitternya, Selasa (24/3/2020).

Politisi Achmad Annama juga melayangkan kritik pada ungkapan salah satu pendiri Ruang Guru tersebut.

"Mohon maaf. Jujur, kalau digaji 50 juta rupiah hanya untuk bicara ini, mubadzir! Rakyat sudah kenyang motivasi dari Tung Desem atau Mario Teguh," cuit Achmad Annama.

Kubu Sebelah Megap-Megap

Stafsus lainnya juga tak kalah bikin gaduh. Ini blunder pertama Stafsus dari kalangan milenial ini. Namanya Gracia Billy Yosaphat Membrasar.

Cuitannya di Twitter memicu perdebatan. Warganet ramai-ramai membuat tagar #StafsusRasaBuzzeRp di Twitter.

Kicauan Billy yang bikin gaduh itu menyebut "kubu sebelah megap-megap". Ia masih berlaku seperti pendukung Jokowi di masa kampanye. Padahal, ia Stafsus Presiden yang sudah jadi presiden seluruh rakyat Indonesia.

"Stlh membahas ttg Pancasila (yg bikin kubu sebelah megap2), lalu kerja mendesign kartu Pra-kerja di Jkt, lalu sy ke Pulau Damai penuh keberagaman: BALI! Utk mengisi materi co-working space,mendorong bertambahnya jumlah entrepreneur muda, utk pengurangan pengangguran dan angka kemiskinan," tulis Billy melalui akun Twitter pribadinya @kitongbisa, Sabtu (30/11/2019).

Meskipun Billy sudah menghapus cuitan tersebut, warganet terlanjur mengunggah screenshot-nya ke media sosial.

Mantan Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah juga memberikan respons. Dia menjawab pertanyaan warganet yang bertanya dan menyertakan tagar #StafsusRasaBuzzeRp.

"Ijin tanya pak,,,apakah stafsus termasuk bagian dari pemerintah pak ? #StafsusRasaBuzzeRp," tanya seorang warganet.

Fahri Hamzah menjawab, "Setiap yang mendapat SK pejabat publik (presiden, dll) lalu menggunakan uang negara (gaji dll) maka ia adalah pejabat publik dengan segala konsekwensinya".

Billy kemudian memberikan klarifikasi sekalius permintaan maaf atas kicauannya yang memicu perdebatan tersebut.


"Assalamu'alaikum dan salam sejahtera untuk kita semua. Saya pertama memohon maaf atas kesalahpahaman yang muncul karena salah 1 cuitan saya yang menggunakan kata yang menimbulkan multitafsir, yaitu kata: 'Kubu'," tutur Billy melalui Twitter, Minggu (1/12/2019).

Ombudsman Minta Jokowi Evaluasi

Anggota Ombudsman Alvin Lie meminta Presiden Joko Widodo mengevaluasi keberadaan para staf khusus milenial presiden karena kerap melakukan blunder.

"Hal ini wajib menjadi perhatian presiden untuk mengevaluasi lagi tugas, fungsi, kewenangan, kompetensi dari staf khusus yang selama ini dibangga-banggakan presiden sebagai milenial tapi ternyata beberapa kali mereka sudah melakukan blunder yang cukup serius," kata Alvin kepada Kompas.com, Selasa (14/4/2020).

Alvin mengatakan, Presiden Jokowi juga harus meninjau kembali urgensi keberadaan staf khusus presiden.

"Kalau benar memerlukan seharusnya diatur lebih ketat lagi agar mereka paham tugas kewajiban kewenangan dan batasan-batasan mereka," kata Alvin.

Di samping itu, Alvin juga mengungkit soal stafsus yang memiliki tim komunikasinya sendiri.

Menurut Alvin, stafsus yang bertugas memberi masukan kepada presiden tidak perlu mempunyai tim komunikasi.

Profil Stafsus Presiden

Staf Khusus Presiden adalah lembaga non struktural yang dibentuk untuk memperlancar pelaksanaan tugas Presiden Republik Indonesia, yang melaksanakan tugas tertentu di luar tugas-tugas yang sudah dicakup dalam susunan Kementerian dan instansi pemerintah lainnya.

Berdasarkan Pasal 1 dan 2 Peraturan Presiden Nomor 17 tahun 2012 tentang Utusan Khusus Presiden, Staf Khusus Presiden dan Staf Khusus Wakil Presiden dan Peraturan Presiden Nomor 39 Tahun 2018 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 17 tahun 2012 tentang Utusan Khusus Presiden, Staf Khusus Presiden dan Staf Khusus Wakil Presiden, Staf Khusus, tugasnya dikoordinasikan, dan diberikan dukungan administrasi oleh, dan bertanggungjawab kepada Sekretaris Kabinet.

Hak keuangan dan fasilitas lainnya bagi Staf Khusus Presiden diberikan setinggi-tingginya setingkat dengan jabatan struktural eselon I.a.

Staf Khusus Presiden dapat berasal dari Pegawai Negeri (Pegawai Negeri Sipil, anggota Tentara Nasional Indonesia, dan anggota Polri) atau bukan Pegawai Negeri. Masa bakti Staf Khusus Presiden paling lama sama dengan masa jabatan Presiden yang bersangkutan.

Staf Khusus bersifat Operasional, yaitu melekat 24 jam bersama Presiden, berbeda dengan Dewan Pertimbangan Presiden dan lembaga seperti Unit Kerja Presiden / Kantor Staf Presiden

Jokowi memperkenalkan tujuh anak dari kalangan milenial yang diangkat menjadi staf khusus (stafsus) di beranda Istana Merdeka, Jakarta.

"(Tugasnya) mengembangkan inovasi-inovasi," kata Jokowi dikutip Okezone, Kamis (21/11/2019).

Ketujuh Stafsus Jokowi tersebut adalah:

1. Adamas Belva Syah Devara - Pendiri Ruang Guru
2. Putri Tanjung - CEO dan Founder Creativepreneur
3. Andi Taufan Garuda Putra - CEO Amarta
4. Ayu Kartika Dewi - Perumus Gerakan Sabang Merauke
5. Billy Mambrasar - Pemuda asal Papua, penerima beasiswa kuliah di Oxford
6. Angkie Yudistia - Pendiri Thisable Enterprise (kader PKPI, difabel tuna rungu)
7. Aminuddin Maruf - Aktivis Kepemudaan Mahasiswa yang juga mantan Ketua Pergerakan Mahasiswa Indonesia (PMII).

Demikian Daftar Blunder Stafsus Milenial Jokowi. Mereka menunjukkan eksistensinya dengan blunder? Wallahu a'lam. (Dari berbagsu sumber).*

Post a Comment

Post a Comment (0)

Previous Post Next Post